Rabu, 02 Mei 2012

MIKROBIOLOGI PANGAN


Ø  KETAHANAN PANGAN
Bahan baku dapat memjadi rusak atau busuk karena beberapa penyebab, tetapi yang paling utama adalah kerusakan atau kebusukan karena mikroba. Mutu dan keamanan suatu produk pangan sangat tergantung pada mutu dan keamanan bahan bakunya
Mutu
Mutu adalah gabungan dari sejumlah atribut yang dimiliki oleh bahan atau produk pangan yang dapat dinilai secara organoleptik. Atribut tersebut meliputi parameter kenampakan, warna, tekstur, rasa dan bau (Kramer dan Twigg, 1983). Menurut Hubeis (1994), mutu dianggap sebagai derajat penerimaan konsumen terhadap produk yang dikonsumsi berulang (seragam atau konsisten dalam standar dan spesifikasi), terutama sifat organoleptiknya.
Keamanan & Gizi
Semua makanan yang dimakan dan dari manapun makanan itu diperoleh, baik dari makanan keluarga maupun makanan institusi dan jasa boga, makanan itu haruslah dapat menghasilkan keadaan gizi dan kesehatan yang optimal. Oleh karena itu faktor gizi dalam penyelenggaraan makanan tidak dapat diabaikan. Ada tiga aspek dalam penyelenggaraan makanan yang erat kaitannya dengan faktor gizi, yaitu :
a. Kelengkapan dan kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan
b. Pemanasan kebiasaan makanan yang sehat
c. Penganekaragaman yang menguntungkan
Yang perlu diperhatikan oleh para penyelenggara makanan institusi dan jasa boga adalah komposisi zat gizi dan kandungan zat gizi dalam berbagai jenis bahan makanan. Dengan demikian kekurangan zat gizi dalam satu jenis bahan makanan dapat ditutupi dari jenis bahan makanan yang lain.
Berkurangnya zat gizi dalam makanan disebabkan oleh 3 hal,yaitu :
a.       Zat gizi terlarut air dan akan terbuang bersama air pencuci.
b.       Zat gizi akan rusak atau terurai karena pengaruh enzim yang ada dalam makanan.
c.        Zat gizi akan terurai akibat pemanasan makanan waktu di masak.
Sebelum dimasak bahan makanan mengalami berbagai perlakuan, seperti dipotong, dikupas, diiris, dicincang dan direndam. Berbagai perlakuan ini akan mempengaruhi kandungan zat gizi dalam bahan makanan tersebut bila dilakukan secara tidak benar. Sayuran yang dipotong-potong akan kehilangan banyak vitamin sewaktu dicuci karena vitamin lebih mudah terlarut di dalam air. Beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencegah atau mengurangi kehilangan zat gizi dalam makanan yang dilakukan sejak pemilihan bahan makanan sampai pemasakan makanan:
a.       Pilihlah bahan makanan yang masih segar. Jangan memilih sayur mayur yang sudah lama di petik atau yang sudah menunjukkan tanda – tanda layu.
b.      Bahan makanan yang sudah cacat, seperti yang terkelupas kulitnya hendaknya tidak dipilih.
c.       Jangan memilih buah-buahan yang terlalu masak atau terlalu mentah. Buah-buahan yang terlalu masak akan mudah rusak sewaktu diangkut.
d.      Hindarkan bahan makanan dari sinar matahari baik sewaktu diangkut maupun disimpan.
e.       Simpanlah bahan makanan yang mudah layu ditempat yang lembab dan dingin.
f.       Cucilah bahan makanan sebelum dipotong-potong, dikupas, diiris, atau digiling.
g.      Bahan makanan yang sudah dipotong, diiris atau yang sudah dikupas harus segera dimasak jangan dibiarkan terlalu lama dalam keadaan demikian.
h.      Jangan menggunakan terlalu banyak air sewaktu memasak, kecuali air untuk memasak itu juga akan digunakan dalam pemasakan.
i.        Jika merebus sayuran atau bahan makanan lainnya sebaiknya air dididihkan terlebih dahulu, kemudian baru bahan makanan dimasukkan. Selain bahan makanan lebih cepat masak, lama waktu memasak juga lebih singkat. Gunakan alat memasak, seperti panci dan wajan yang tertutup dan tutuplah panci atau wajan jika memasak. Lebih baik menggunakan panas yang tinggi dalam jangka waktu yang singkat daripada menggunakan panas yang rendah tetapi dalam jangka waktu yang lama.
Kepedulian konsumen terhadap jenis makanan yang dinyatakan aman untuk dikonsumsi semakin meningkat. Adanya jaminan keamanan makanan akan menjadikan konsumen terhindar dari penyakit akibat makanan sehingga tidak akan mengganggu aktivitas individu untuk bekerja (Sri Raharjo, dkk, 2001).
Ditinjau dari penyebab kerusakan bahan hasil pertanian, maka kerusakan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu kerusakan mikrobiologis, mekanis fisik, biologis dan kimia :
a.       Kerusakan Mikrobiologis
Kerusakan mikrobiologis merupakan bentuk kerusakan yang banyak merugikan hasil pertanian serta kadang-kadang berbahaya terhadap kesehatan manusia, karena racun yang diproduksinya terkonsumsi oleh manusia.
b.      Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis disebabkan karena adanya benturan-benturan mekanis, misalnya benturan antara bahan-bahan itu sendiri atau karena benturan alat dengan bahan tersebut.
c.       Kerusakan Fisik
Jenis kerusakan ini disebabkan karena akibat perlakuan-perlakuan fisik yang digunakan. Misalnya dalam pengeringan, tejadi “chilling injuries” atau “free zing injuries” dan “freezer burn” pada bahan makanan yang dibekukan.
d.      Kerusakan Fisiologis dan Biologis
Kerusakan fisiologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksireaksi metabolisme dalam bahan atau oleh enzim-enzim yang terdapat didalamnya secara alamiah sehingga terjadi proses autolisis yang berakhir dengan kerusakan dan pembusukan. Contohnya daging akan membusuk oleh proses autolisis. Karena daging akan cepat membusuk bila disimpan pada suhu kamar. Keadaan serupa juga dialami oleh buah-buahan.
e.       Kerusakan Kimiawi
Kerusakan kimiawi biasanya saling berhubungan dengan kerusakan lain, misalanya adanya panas yang tinggi pada pemanasan minyak mengakibatkan rusaknya beberapa asam lemak yang disebut “thermal oxidation”. Adanya oksigen dalam minyak, menyebabkan terjadinya oksidasi pada asam lemak tidak jenuh, yang mengakibatkan pemecahan senyawa tersebut atau menyebabkan terjadinya ketengikan minyak.
Produk makanan yang beredar dalam negeri masih banyak yang belum memenuhi persyaratan Hygiene sanitasi, mutu dan keamanan makanan. Hal ini antara lain ditandai dengan masih banyaknya cemaran kimia berbahaya, digunakan bahan tambahan yang dibubuhkan untuk makanan, masih tingginya cemaran mikroba, produk makanan yang tidak memenuhi standart mutu dan komposisi serta pelabelan dan periklanan yang tidak memenuhi syarat (Anwar, 1997).
v  Perbandingan Bahan Makanan yang Lebih Cepat Rusak Jika dismpan Pada Suhu Kamar dan Suhu Rendah (Dingin)
Buah berdasarkan kandungan amilumnya, dibedakan menjadi buah klimaterik dan buah nonklimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum, seperti pisang, mangga, apel dan alpokat yang dapat dipacu kematangannya dengan etilen. Etilen endogen yang dihasilkan oleh buah yang telah matang dengan sendirinya dapat memacu pematangan pada sekumpulan buah yang diperam. Buah nonklimaterik adalah buah yang kandungan amilumnya sedikit, seperti jeruk, anggur, semangka dan nanas. Pemberian etilen pada jenis buah ini dapat memacu laju respirasi, tetapi tidak dapat memacu produksi etilen endogen dan pematangan buah.
Ø  Makanan yang disimpan pada suhu kamar sekitar 25 – 28 ° C,
1.      Pada buah klimakterik
·         Buah Mangga. Pada penyimpanan pada suhu kamar bisa bertahan hingga 2 – 5 hari tergantung kondisi pada saat panen. Jika panen kondisi buah sudah matang maka daya penyimpanannya hanya mencapai 2-4 hari saja setelah itu mengalami kerusakan. ada 2 kemungkinan kerusakan yang dapat terjadi pada buah mangga, yaitu kerusakan mekanis dan Bioogis. Dimana kerusakan mekanis merupakan kerusakan yang diakibatkan oleh adanya gesekan atau tekanan saat panen, penyimpanan atau distribusi. Untuk kerusakan Biologis merupakan kerusakan yang diakibatkan oleh respirasi bahan pangan.
·         Buah Pisang dan sawo, lama ketahanan penyimpanan pada suhu kamar dapat 2-3 hari. Sama halnya dengan mangga, jenis rusaknya buah ada dua kemungkinan, yaitu kerusakan karena factor mekanis dan biologi.
2.      Buah Non Klimakterik
·         Anggur dan Jeruk Manis, lama ketahanan penyimpanan pada suhu kamar yaitu 2 - 5 hari.
3.      Sayur segar, disimpan pada suhu kamar dapat bertahan hingga ± 1.5 hari,
4.      Daging segar, disimpan pada suhu kamar dapat bertahan hingga ± 24 jam.
5.      Ikan segar, disimpan pada suhu kamar dapat bertahan hingga ± 24 jam
6.      Telur, disimpan pada suhu kamar dapat bertahan hingga 7 - 10 hari
7.      Umbi – umbian, disimpan pada suhu kamar dapat bertahan hingga ±10 hari
8.      Gabah, Beras, Kedelai, Jagung dan Biji-bijian serta Kacang-kacangan lainya, dalam keadaan kering dapat disimpan beberapa bulan di dalam gudang yang kering.
9.      Susu, disimpan pada suhu kamar dapat bertahan selama ± 12 jam.

Ø  Penyimpanan makanan pada suhu rendah.
1.      Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya
a.       Menyimpan sampai 3 hari                         : -5°sampai 0° C
b.      Penyimpanan untuk 1 minggu                  : -19° sampai -5°C
c.       Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -10° C
2.      Makanan jenis telor, susu dan olahannya
a.       Penyimpanan sampai 3 hari                                   : -5° sampai 7° C
b.      Penyimpanan untuk 1 minggu                              : dibawah -5°C
c.       Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu           : dibawah -5° C
3.      Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1 minggu yaitu 7 °sampai 10°C
Kesimpulan :
Ketahanan bahan pangan pada setiap jenis pangan, berbeda – beda. Dimana ketahanan makanan dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, Pertumbuhan dan aktivitas mikroba, aktivitas enzim yang terdapat dalam bahan pangan, aktivitas serangga, parasit dan binatang pengerat,  Sinar, dan waktu penyimpanan.
Pada suhu kamar, jangka waktu penyimpanan lebih pendek dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu lebih rendah (suhu rendah yang telah disesuaikan dengan jenis bahan pangan), karena pada suhu rendah aktifitas mikroba akan terhenti sehingga bahan pangan lebih bisa bertahan lama. Meskipun ada pengecualian untuk buah – buah tertentu, misalnya pisang dan mangga, dimana seperti buah – buah tersebut setelah dipetik akan mengalami proses pematangan dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembusukan, dan jika disimpan pada suhu rendah maka daging buah akan berkerut dan berubah kuning kecoklatan (pada pisang).
Oleh karena itu perlu adanya pemahaman mengenai cara – cara yang tepat dalam penyimpanan bahan pangan, agar mutu dan keamanan tetap terjaga.
Sumber :
http://octophus.wordpress.com/ (diakses 28 April 2011 06:45)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar